Senin, 24 Oktober 2016

CERITA DEWASA - PAK RT PEMBANGKIT NAFSU KU

PAK RT PEMBANGKIT NAFSU KU
( cerita dewasa )




CERITA DEWASA
PASAR POKER




CERITA DEWASA - Hai sahabat cerita dewasa, saya akan meneritakan pengalaman sex teman saya yang telah menceritakan pengalamannya ke pada saya. Jadi begini, Saya tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk juga orang yang senantiasa repot. Sebagai arsitek swasta, tugasnya bisa disebut tak kenal saat. Meskipun dia begitu mencintaiku, bahkan juga mungkin saja memujaku, saya kerap kesepian. 

Narasi Saya kerap sendirian serta banyak melamun memikirkan begitu hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, demikian nama suamiku, ngeloni saya. Saat-saat seperti itu bikin libidoku naik. Serta jika saya tidak dapat menahan gairah seksualku, saya ambillah buah ketimun yang senantiasa ada di dapur. Saya lakukan masturbasi memikirkan dientot oleh seseorang lelaki, yang tidak selamanya suamiku sendiri, sampai mencapai kenikmatan. 

Yang kerap ada dalam impian seksualku malah Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Meskipun usianya telah diatas 55 th., 20 th. diatas suamiku serta 27 th. diatas umurku, bila memikirkan Pak Parno ini, saya dapat cepat mencapai orgasmeku. Bahkan juga saat saya melakukan hubungan sex dengan Mas Aditpun, seringkali aku membayangkan kalau Pak Parno yg sedang berhubungan dengan saya. 

Saya tidak tahu kenapa. Namun memanglah saya akui, sampai kini saya suka dan senang memikirkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku segera melonjak bila khayalanku nyampai kesana. Dari penampilan badannya yang tetaplah kekar serta kokoh meskipun tua, saya pikirkan kontol Pak Parno juga kekar serta kokoh. Gede, panjang serta tentu tegar dilingkari dengan urat-urat di sekitar batangnya. Ooohh.., begitu enaknya dientot kontol jenis itu.. 

Di kompleks itu, diantara ibu-ibu atau istri-istri, saya terasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 th., tinggi 158 cm serta berat 46 kg, beberapa orang katakan badanku sintal banget. Mereka katakan saya seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Terlebih bila saya tengah menggunakan celana jeans dengan blus tidak tebal yang bikin buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini.. 

Disuatu saat, tetangga kami miliki hajatan, menyunatkan anaknya. Umum, bila ada tetangga yang miliki kerepotan, kami se-RT beberapa ramai menolong. Apa sajakah, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang buat hiasan atau membenahi makanan dsb. Saya umumnya senantiasa kebagian buat pelaminan. Mereka ketahui saya cukup memiliki bakat seni untuk bikin dekorasi pelaminan itu. Mereka senantiasa senang dengan hasil karyaku. 

Saya memakai beberapa bahan dekorasi yang umumnya saya beli di Pasar Senen. Pagi itu terdapat banyak bahan yang saya perlukan belum ada. Di dalam beberapa orang yang pada repot beberapa macam itu, saya katakan pada Mbak Surti, yang miliki hajatan, untuk beli kekurangan itu. 

‘Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno ingin ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sembari nunjuk Pak Parno yang terlihat paling repot diantara bebrapa ayah yang lain. 

‘Emangnya Pak Parno ingin mencari apaan?, saya nanya. 
‘Inii, ingin ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang ingin dipasang kelak sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang selalu repot menjawab tanpa ada menengok padaku. ‘Iyaa deh, saya pulang bentar ya Pak Parno, agar saya titip kunci rumah buat Mas Adit bila pulang nanti’. Semuanya jalan seperti air mengalir tanpa ada jadikan perhatian pada beberapa orang repot yang ada disitu. 

Sekitaran 10 menit lalu, dengan celana jeans serta blus kesukaanku, saya telah duduk di bangku depan, mengikuti Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Hawa AC di mobil Pak Parno nyaman banget setelah sepagi itu didera panasnya hawa Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang ada di mobil itu. 

Waktu itu saya jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Serta saat ini saya ada dalam mobil cuma berdua dengan Pak Parno yang kerap ada sebagai object khayalanku dalam jalinan seksual. Tidak dapat kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan dibawah kemudi mobilnya. Dia gunakan celana drill coklat muda. Saya saksikan di arah pandanganku itu terlihat menggunung. Saya tidak tahu apakah hal semacam itu umum. Namun khayalanku memikirkan itu mungkin saja kontolnya yang gede serta panjang. 

Waktu saya menelan ludahku memikirkan apa dibalik celana itu, mendadak tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. ‘Dik Marini ingin beli apaan? Di Senen samping mana? ’, sembari dia sertai pertanyaan ini dengan suara ke-bapak-an. 

Serta saya bener-bener kaget lho. Saya tidak pernah memikirkan Pak RT ini bila ngomong sembari meraba yang diajak ngomong. 

‘Kertas emas serta hiasan dinding, Pak. Di samping toko mainan di pasar inpress ituu.. ’, meskipun jantungku segera berdegup kencang serta nafasku merasa sesak memburu, saya masihlah berupaya se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukanlah hal yang aneh. 

Namun rupanya Pak Parno tidak punya niat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan juga saat dia jawab balik, ‘Ooo, yyaa.. saya tahu.. ’, tangannya kembali menepuk-nepuk serta digosok-gosokkanya pada pahaku seolah sentuhan ayah yang membuat perlindungan anaknya. 

CERITA DEWASA
PasarPoker

Ooouuiihh.. saya rasakan kegelian yang begitu, saya rasakan tekanan erotik, mengingat dia senantiasa jadi object impian seksualku. Serta waktu Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku yaitu menurunkan kembali pada bawah. Dia ulangilah lagi, serta saya kembali menurunkan. 

Dia ulangilah lagi serta saya kembali menurunkan. Anehnya saya cuma menurunkan, bukanlah menepisnya. Yang saya rasakan yaitu saya menginginkan tangan itu memanglah tak diangkat dari pahaku. Cuma saya masihlah belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang segera tersengal serta jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap hadapi peluang yang lebih menjurus. 

Pak Parno mengalah. Namun bukanlah mengalah bener-bener. Dia tak akan memaksakan tangannya untuk meraih ke pangkal pahaku, namun dia ubah. Tangan itu saat ini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik segera menyergap saya. Saya mendesah tertahan. Saya lemes, tidak miliki daya apa-apa terkecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. ‘Dik Maarr.. ’, dia berbisik sembari menengok ke saya. 

Mendadak di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Automatis tangannya melepas pahaku, mencapai presnelling serta melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit tubuhku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet bikin sopir mesti kerap memindah presnelling, mengerem, mencapai gas serta mengatur kemudi.

Saya senderkan badanku ke jok. Saya tidak banyak ngomong. Saya kepingin tangan Pak Parno itu kembali pada pahaku. Kembali meremasi. Serta kalau tangan itu merangkak ke pangkal pahaku bakal kubiarkan. Saya jadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk dapat lebih nikmati apa yang baru saja berlangsung serta membiarkan fikiranku mengkhayal. 

Benar. Setelah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali pada pahaku. Saya betul-betul mendiamkannya. Saya rasakan kesenangan jantungku yang terpacu serta nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Segera tangan Pak Parno meremasi pahaku. Serta naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii terlebih ditangkapnya serta diremasinya. Serta saya pasrah. Saya merespon remasannya. Rasa-rasanya nikmat untuk menyerah pada tekad Pak Parno. Saya cuma tutup mata dengan tetaplah bersender di jok sembari remasan di tangan selalu berjalan. 

Sekali saya nyeletuk, ‘N’tar diliat orang Pak’, ‘Ah, nggaakk mungkin saja, kacanya khan gelap. Orang tidak dapat lihat ke dalam’, saya yakin dia. 

Setelah sebagian waktu rupanya tekanan birahi pada Pak Parno juga menggebu-gebu, 

‘Dik Mar.. kita berjalan-jalan dahulu ingin tidak? ’, dia berbisik.. 

‘Kemana..? ’, pertanyaanku yang saya sertai harapan hatiku.. 

‘Ada deh.. Pokoknya Dik Mar ingin khan.. ’. 

‘Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin beberapa orang.., n’tar beberapa orang berprasangka buruk.. lho’. 

‘Iyaa, janganlah khawatirr.., paling lama sejamlah. ’, 

Sembari Pak Parno mengarahkan kemudinya ke pinggir kanan mencari belokan ke arah balik. Saya tidak mau ajukan pertanyaan, ingin ngapain ‘sejam’?? 

Persis dibawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini tentu telah umum begini. Mungkin saja sama ibu-ibu atau istri-istri yang lain. Saya tetaplah bertumpu di jok sembari tutup mataku pura-pura tiduran.

Dengan penuh gelora serta deg-degan jantungku, saya hadapi fakta kalau sebagian waktu lagi, mungkin saja cuma dalam hitungan menit, bakal alami bebrapa waktu yang begitu menggetarkan. Saat-saat seperti yang kerap saya khayalkan. Saya tidak dapat lagi memikirkan jernih. Edan juga saya ini.., apa kekurangan Mas Adit, mengapa sekian gampang saya terima ajakan Pak Parno ini. Bahkan juga terlebih dulu khan belum pernah meskipun sepanjang 8 th. pernikahan saya disentuh terlebih digauli lelaki lain. 

Yang saya rasakan saat ini hanya saya terasa aman dekat Pak Parno. Tentu dia bakal menjagaku, melindungiku. Tentu dia bakal mengahadpi saya dengan halus serta lembut. Bagaimanapun dia yaitu Pak RT kami yang sampai kini senantiasa mengayomi warganya. 

Tentu dia tidak bakal mengakibatkan kerusakan citranya dengan perbuatan yang bikin saya sakit atau terluka. Serta rasa-rasanya saya menginginkan banget dapat melayani dia yang sampai kini senantiasa jadi object impian seksualku. Biarkanlah dia melakukan tindakan suatu hal padaku sepuasnya. Serta saya menginginkan rasakan bagaimana dia memuaskan saya juga sesuai sama khayalanku. 

Aku gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku merasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku bikin seolah wajahku bengap. Serta makin ke sana, makin saya tidak dapat mencabut persetujuanku atas ajakan ‘jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini. 

Mendadak mobil merasa membelok ke satu tempat. Saat saya buka mata, saya saksikan halaman yang asri penuh pohon-pohon. Di depan mobil terlihat seseorang petugas berlarian membimbing Pak Parno menuju ke satu garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya supaya Pak Parno segera masuk garasi berpintu rolling door itu, yang segera ditutupnya saat mobil sudah meyakini ada didalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada sinar kecil di depan. Nyatanya lampu diatas satu pintu yang tertutup. Woo.. saya agak cemas sebentar. Tidak ada jalan untuk mundur. Lalu kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya. 

‘Nyampai Dik Mar.. ’, 

‘Di mana ini Pak..? ’, 

Tidak jelas kemana Pak Parno mengajak saya. Namun saya meyakini kalau tempat ini seperti type ‘motel’ yang kerap saya dengar dari kawan-kawan dalam beberapa percakapan porno dalam arisan yang diadakan ibu-ibu kompleks itu.

Pak Parno tak menjawab pertanyaanku, namun tangannya segera menyeberang melalui pinggulku untuk mencapai setelan jok tempat dudukku. Jok itu segera bergerak ke bawah dengan saya tergolek di atasnya. Serta yang kurasakan selanjutnya yaitu bibir Pak Parno yang segera mencium mulutku serta melumat. Uh uh uh.. Saya tergagap sebentar.. sebelumnya saya membalas lumatannya. Kami sama-sama melepas birahi. Saya rasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Serta reflekku yaitu menghisapnya.

Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasa-rasanya bau lelaki jenis Pak Parno ini. Bau alami tanpa ada minyak wangi seperti yang kerap digunakan Mas Adit. Bau Pak RT yang sudah 55 th. namun tetaplah pancarkan kelelakian yang sampai kini senantiasa mengikuti khayalanku waktu masturbasi ataupun waktu saya bersetubuh dengan Mas Adit. Bau yang dapat segera menggebrak libidoku, hingga nafsu birahiku terlepas dengan liarnya sekarang ini..

CERITA DEWASA
PasarPoker
Sembari melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah badanku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Lalu kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh.. tidak tertahankan. Saya menggelinjang. Menggeliat-geliat sampai pantatku naik-naik dari jok yang saya dudukin dikarenakan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi saya terasa edaann.. saya digeluti Pak RT ku.

Bibir Pak Parno melumatku, serta saya menyambutnya dengan penuh kerelaan yang keseluruhan. Akulah yang sebenarnya menantikan peluang jenis ini dalam banyak bebrapa impian erotikku. Ohh.. Pak Parnoo.. Tolongin akuu Pakee.. Puaskanlah nikmati badankuu.. Paak, .. semuanya buat kamu Paak.. Saya hauss.. Paak.. Tulungi akuu Paakk.

‘Kita turun yok Dik Mar.., kita masuk dahulu.. ’, Pak Parno hentikan lumatannya serta mengajak saya masuk motel ini. 

Demikian masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno bertanya saya ingin minum apa, atau makanan apa yang saya kehendaki yang dapat diantar oleh petugas motel ke kamar. Saya terserah Pak Parno saja. Saya sendiri cepat-cepat ke kamar kecil yang ada. Saya kebelet pengin kencing. 

Waktu kembali pada peraduan kulihat Pak Parno telah telentang di ranjang. Agak malu-malu saya masuk ke kamar tidur ini, terlebih sesudah lihat sosok badan Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, lalu memanggil, ‘Sini Dik Mar.. ‘, uh uh.. Omongan seperti itu.. masuk ketelingaku ketika jenis begini.. saya rasakan begitu begitu terangsang semua syaraf-syaraf libidoku. 

Saya, istri yang sekalipun belum pernah disentuh lelaki lain terkecuali suamiku, hari ini dengan edannya ada di kamar motel dengan seorang, yakni Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan juga  lebih tua dari suamiku, bahkan juga nyaris 2 kali usiaku sendiri. Serta panggilanya yang.. ’Sini Dik Mar’, itu.. merasa begitu erotis di telingaku. 

Saya berikut yang dimaksud istri nyeleweng. Saya berikut istri yang selingkuh.. uh uh uh.. Mengapa demikian dahsyat birahi yang melandaku saat ini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya bakal arti selingkuh serta saya tetaplah mengambil langkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng serta saya selalu saja melanggarnya. Uhh.. saya tidak dapat menjawab semua terkecuali rasa pasrah yang menyebar.. 

Serta waktu saya roboh ke ranjang itu, yang lalu dengan dan merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan serta rengkuhan di dadanya, saya telah betul-betul terbenam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng serta selingkuh, yang menanti bebrapa waktu kelanjutannya yang bakal dipenuhi kesenangan serta gelinjang yang tentu begitu hebat untuk istri penyeleweng pemula jenis saya ini. 

‘Dik Mar.. Saya telah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap saat saya saksikan itu gambar bintang film Sarah Ashari yang begitu serupa Dik Mar.. Hatiku senantiasa terbakar.. Kapann saya dapat merangkul Dik Mar  ini.. ’. 

Bukanlah main perkataan Pak Parno. Telingaku rasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian jenis itu. Serta makin bikin saya ikhlas serta pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo.. Kekasihkuu.. Dia balik serta tindih badanku. 

Dia segera melahap mulutku yang gelagapan kesusahan bernafas. Dia masukan tangannya ke blusku. Dirangkulinya badanku, ditekankannya bibirnya lebih menghimpit lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekalian juga ludahku. Kelihatannya saya jadikan minumannya. Serta sungguh saya nikmati kegilaannya ini. Lalu tangannya dia alihkan, meremasi ke-2 susuku yang lalu dilepaskannya juga. 

Ubah bibirnyalah yang menjemput susuku serta puting-putingnya. Dia jilat serta sedotin habis-habisan. Serta yang datang padaku yaitu gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Saya tidak dapat menahan gelinjang ini terkecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku.. Pakee.. Pakee.. Pakee.. ampun nikmattnya Pakee.. 

Tangannya yang terlepas dari susuku turun untuk mencapai celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku serta di buka resletingnya. Tangannya yang besar serta kasar itu mendorongnya sampai celanaku turun ke paha. Lalu tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tidak terperikan kesenangan yang mendatangi saya. 

Saya tidak dapat menahan getaran jiwa serta ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku serta lalu meremasi kelentitku.. saya segera melayang ke ruangan angkasa tidak bertepi. Kesenangan.. sejuta kesenangan.. ah.. Serasa sejuta kesenangan Pak Parno berikan padaku melalui jari-jari kasarnya itu. 

Jari-jari itu juga berupaya menusuk lubang vaginaku. Saya rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang telah menyebar mulai sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk mempermudah masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang selalu melumati susuku serta tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang selalu dimainkan di bibir lubang vaginaku..

Ohh.. mengapa saya ini.. Ooohh.. Mas Adit.. maafkanlah akuu.. Ampunilahh.. istrimu yang tidak dapat menghindar dari kesenangan tidak bertara ini.. ampunilah Mas Adit.. saya sudah menyelewengg.. saya tidak dapatu maass.. 

Pak Parno selalu menggumuli badanku. Blusku yang telah berantakan mempermudah dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati serta sedoti ketiakku. Dia terlihat sekali nikmati rintihan yang selalu keluar dari bibirku. Dia kelihatannya menginginkan memberi suatu hal yang tidak pernah saya peroleh dari suamiku. Sesaat jari-jarinya selalu menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf sensitif birahi dia kutik-kutik, sampai saya terasanya kelenger kesenangan. Serta tidak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya. 

CERITA DEWASA
PasarPoker
Yang awal mulanya satu jari, saat ini disusulkan lagi jari yang lain. Kesenangan yang saya terimapun jadi tambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kekurangan wanita. Jari-jarinya menghadap pada G-spotku. Serta tidak ayal lagi. Cuma dengan jilatan di ketiak serta kobokan jari-jari di lubang vagina saya tergiring hingga titik di mana saya tidak dapat lagi membendungnya. Untuk pertama kalinya disentuh lelaki yang bukanlah suamiku, Pak Parno sukses membuatku orgasme. 

Waktu orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih serta kuremasi rambutnya. Kupeluk badannya erat-erat serta kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Saya tidak lagi mempertimbangkan bagaimana luka serta rasa sakit yang dijamin Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sesaat pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu supaya jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang tengah memikul kegatalan birahi yang sangat begitu. Tingkahku itu semuanya terus-terusan diiringi racau mulutku. 

Serta waktu orgasme itu memuncratkan cairan birahiku saya berteriak histeris. Tangan-tanganku meraih apa saja yang dapat kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat terlepas serta terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” wanita yang berbentuk cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk kurangi gerahnya badanku dalam kamar ber AC ini. 

Waktu sudah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sembari meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh.. Dia yang ngayomi saya. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Udara dingin merasuki kepalaku. Serta pada akhirnya badanku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu. 

‘Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dahulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dahulu yaahh.. ’, nada Pak Parno itu merasa menyebabkan rasa yang teduh. Saya tidak kuasa menjawabnya. Nafasku masihlah ngos-ngosan. Saya tidak pernah mengira kalau saya bakal memperoleh kesenangan sehebat ini. 

Kamar motel ini sudah melihat bagaimana saya memperoleh kesenangan yang pertama kalinya waktu saya menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi serta digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan kerap jadi lawan main catur suamiku di bebrapa waktu senggang. Mas Adit.. Ooohh.. maass.. maafkanlah aakuu.. maass.. BERSAMBUNG - CERITA DEWASA

0 komentar:

Posting Komentar